Tuesday, February 22, 2011

REFLEKSI PERAYAAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW


طُوْبَى لِمَنْ لَمْ يَلْتَقِىْ بِيْ وَ أَمَنَّا بِيْ
“Sungguh beruntung orang yang tidak bertemu denganku, namun percaya kepada (risalah) ku.”
Bulan Rabiul Awwal segera  menyingsing dari hadapan kita bersama. Bulan yang penuh barakah, bulan dilahirkannya seorang pembawa risalah sang Rabbil Izzah. Kemunculan sosok makhlluk yang sangat mulia di atas ciptaanNya yang lain.  Kelahiran Nabi Muhammad patut kita hormati dan muliakan. Karena itu termasuk ibadah yang sangat terpuji dan dianjurkan. Seperti yang beliau sabdakan ““Barang siapa yang memuliakan hari kelahiranku, maka aku akan member syafa’at di hari kiamat kelak””. Lebih dari itu, sebagai umatnya sudah layaknya kita memuliakan dan menyambut bulan ini dengan penuh suka cita. Bersyukur kepada Allah atas lahirnya hamba Allah paling mulia. Beliau SAW adalah makhluk yang mendapatkan posisi paling istemewa di sisi Allah SWT. Hal tersebut dapat dilacak dalam kitab معجم الصغير  pada sebuah hadis :
عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال: قال رسول الله: «لما اقترف آدم الخطيئة......... وإذ سألتني بحقه فقد غفرت لك، ولولا محمد ما خلقتك».
Dari Umar bin Khattab r.a berkata, Rsulullah SAW bersabda : ketika Adam menyesali kesalahannya…..apabila kamu memohon ampunan kepadaku dengan haq (Muhammad) maka telah ku ampuni engkau, seandainya tidak karena Muhammad maka tidak kuciptakan engkau”
Sungguh amat mulianya beliau SAW sehingga Allah SWT menegaskan kepada Nabi Adam ولولا محمد ما خلقتك artinya : “Kalau bukan karena Muhammad, tidak kuciptakan engkau (Adam)”.
Dalam menyambut bulan kelahiran Nabi besar Muhammad, beragam cara dan ritual muncul dalam masyarakat. Sebagaian besar umat muslim larut dalam kegembiraan dengan mengadakan berbagai aktifitas sosial dan keagamaan. Kegiatan sosial dimanifestasikan dengan menggelar kegiatan bakti sosial, santunan bagi anak yatim, santunan panti jompo dan lain sebagainya. Sedangkan aktifitas keagamaan diwujudkan dalam berbagai bentuk ritual seperti pengajian akbar, yasinan, shalawatan, tadabbur, zikir akbar dll. Aktifitas-aktisfitas tearsebut diselenggarakan sebagai rasa bahagia dan syukur atas kelahiran Nabi Besar Muhammad.
Setelah kita melewati bulan Rabiul Awwal ini, tentunya moment ini diharapkan tidak seperti filosofi wewangian yang menghilang seiring berhembusnya angin. Sebagai muslim yang dituntut untuk dapat mengambil ibrah dari segala kejadian (fa’tabiru yaa ulil albab), kita harus mampu memetik makna tersirat dari perayaan ini. Banyak sekali ibrah dan hikmah yang dapat diambil dari kesempatan ini. Kegiatan-kegiatan di atas seharusnya tidak hanya diaplikasikan dalam bentuk ritual belaka. Namun yang lebih penting disini, adalah menjadikan moment Mauled Nabi ini sebagai spirit revolusi diri untuk terus meneladani sifat sifat yang dimiliki oleh Beliau SAW. Karena kalau tidak kepada Nabi kita, Nabi ummat Islam, kepada siapa lagi kita akan mencontoh perilaku  jalan hidup.
Disaat carut marutnya kondisi bangsa ini, bahkan kondisi umat Islam sendiri, apalagi dengan munculnya peristiwa-peristiwa kekerasan yang menghiasi masyarakat muslim saat ini. Sepertinya umat muslim sudah kehilangan semangat agamanya. Sesuai dengan arti etimologinya Islam datang dengan semangat menebar rasa damai, sejahtera, aman. Sungguh ironis, di tengah bulan Rabiul Awwal ini, saat sebagian umat Islam mencoba mengkaji keteladanan Nabi Muhammad, sebagian umat Islam telah kehilangan ruh Islamnya  yang selama ini dirayakan. Karena disaat tersebut dilakukan tindakan yang sangat kontras dengan yang beliau contohkan.
Sesuai titah Allah SWT, tugas manusia di bumi adalah sebagai khalifah. Sosok khalifah seharusnya adalah sosok yang dapat melestarikan kehidupan di bumi. Baik melestarikan kehidupan manusia yang aman damai sentosa, maupun kelestarian alamnya. Otoritas tersebut telah diserahkan sepenuhnya kepada manusia. Dengan Islam yang beliau bawa, sebagai risalah yang paling sempurna yang pernah ada di dunia ini, Islam hendaknya menjadi pencerah semesta alam dan pencerah zaman yang dilaluinya. Umat Islam sebagai agama yang secara legal menjadi satu-satunya agama yang diridhoi dan direstui harusnya mampu merealisasikan tujuan mulia (khalifah) di atas. Namun fakta sekarang adalah sebaliknya. Realita yang ada mengatakan bahwa peradaban Islam tertinggal beberapa langkah di belakang hegemoni barat. Pencerahan yang dibawa oleh Islam malah muncul dari negeri barat yang nota bene adalah wilayah non Islam. Umat Islam  terlalu larut ke dalam jurang perselisihan dan perbedaan yang dalam yang justru membuat umat Islam semakin tertinggal. Muhammad Abduh mengistilahkan periode ini dengan
اَلإسْلاَمُ مَحْجُوْبٌ بِالْمُسْلِمِينَ
 “Agama Islam terkendala oleh ulah kaum muslimin sendiri”.

Di tengah dekadensi moral sebagian umat Islam saat ini, marilah kita kembali mengkaji pribadi Rasul dan mengimplementasikan dalam aktifitas sehari-hari kita. Rasulullah adalah utusan Allah sekaligus pemimpin agung dalam pemerintahan umat Islam saat itu. Sebagai pemimpin agung Rasulullah tidak pernah menampakkan kesombongan kepada pengikutnya. Beliau sangat tawadhu (rendah hati), bertutur sopan dan bertingkah santun terhadap semuan kalangan. Beliau tidak membedakan pergaulan beliau dengan siapapun, dengan oran tua, pemuda, anak-anak, orang kaya, maupun orang miskin semuanya sama. Sehingga setiap orang yang berada di samping beliau akan selalu tenang, aman, terindungi, dan dihormati. Dan inilah yang seharusnya kita contoh, sehingga dengan Islam orang yang ada disekililing kita merasa aman, nyaman, dan tentram.  
Selain tawadhu, Rasulullah juga terkenal dengan sifat malu. Malu dalam hal ini bukan malu dalam arti inferior terhadap sesuatu, tetapi malu untuk berbuat dosa, melanggar ketentuan Allah SWT. Ini sangat kontradiktif dengan kondisi sebagian umat Islam dewasa ini. Banyak kita jumpai di sekeliling kita seorang muslim dan muslimah tidak merasa malu bahka secara terang-terang melanggar syariat Islam. Malu yang ada sekarang adalah malu tidak mengikuti tren, tidak up to date, ndeso dan lain sebagainya. Sudah tidak nampak sama sekali rasa malunya kepada Allah SWT.
Selain itu, Rasulullah juga sangat sopan dan beradab. Padahal sesuai dengan tabiat dan karakternya, orang arab adalah orang yang keras dalam berkata dan bertindak. Tapi beliau berperangai sangat lemah lembut, menghormati semua orang, tidak keras dalam bicara juga tidak terlalu lirih. Bahkan dalam suatu riwayat, ketika dalam suatu forum, perkataan beliau tidak mengganggu telinga orang yang dekat dan juga tetap dapat diperdengarkan dari posisi yang agak jauh. Ini sangat berbeda dengan karakter umat Islam sekarang ini. Sebagian umat Islam saat ini cenderung mengedepankan emosi dan kekerasan dalam menghadapi suatu masalah. Bahkan memaksakan kehendak golongan satu kepada yang lain. Tidak nampak sedikitpun sifat-sifat agung baginda Nabi SAW.
Sebagai Nabi dan Rasul, Muhammad memiliki sifat “ma’shum” (terpelihara dari perbuatan dosa). Sepeti diterangkan dalam al-Qur’an :
لاَ يَنْطِقُ عَنِ اْلهَوَى إنْ هُوَ إلاَّ وَحْيُ يُّوْحَى
Namun beliau tetap berdoa memohon ampun kepada Allah SWT agar dia dan umatnya dijauhkan dari dosa. Bahkan menurut suatu riwayat beliau memohon ampun kepada Allah 70 kali dalam sehari. Baliau sangat cinta kepada ummatnya. Kecintaan beliau kepada ummatnya terlihat dalam detik-detik akhir hayat beliau. Menjelang ajal menjemput, yang beliau khawatirkan adalah umatnya, beliau memanggil-manggil ummatnya:
أُمَّتِيْ, أُمَّتِيْ, أُمَّتِيْ
,,Umatku, umatku, umatku,,
Subhanallah, Allahumma Shalli wasallim wabarik alaih ( Ya Allah berilah keselamatan dan keberkahan kepada beliau SAW). Begitu besarnya dedikasi beliau kepada umatnya, tapi apakah yang telah kita perbuat untuk beliau??
Oleh karena itu melalui refleksi mauled Nabi Muhammad SAW ini, marilah kita bersama-sama mencintai, menganggumi baginda Rasul SAW dengan mengaplikasikan sifat dan sikap keteladanan beliau. Kalau kita tidak bisa mengikuti sunnah Nabi secara komprehensif, maka hendaknya melaksanakan sunnah sesuai dengan kemampuan kita seoptimal mungkin. Sebagaimana kaidah “kalau tidak bisa semuanya, jangan sampai tidak sama sekali”.
  والله أعلم بالصواب
daripada duduk ngelantur ranggenah, lebih baik ditulis dalam sebuah tulisan
semoga dibaca,,,

Baca Selengkapnya »»  

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes