Sunday, February 7, 2010

Wisdom of Gontor

Pengarang        : Tasirun Sulaiman
Judul Buku       :Wisdom of Gontor, 230 hal.
Penerbit           : Mizania
Tahun terbit     : September 2009
ISBN                : 978-979-8394-83-6
 
Mutiara-mutiara Indah dari Gontor
·         Sistem Itu Ibarat Bendo/Parang. Kita Harus Mau dan Tahu Cara Memakainya Sungguh-sungguh, Sepenuh Jiwa Demi Kebaikan Insya Allah Dengan Alat Yang Kecil Ini Dapat Memotong Pohon Yang Besar
·         Perjuangan Memerlukan Pengorbanan Bondo Bahu Fikir, Lek Perlu Sak Nyawane Pisan
Tujuan atau cita-cita itu ibarat bintang yang menjadi panduan bagi orang yang berlayar dimalam hari. Tanpa bintang dia bisa kehilangan arah dan bingung harus menuju ke mana?.Betapa pentingnya motivasi, tanpa motivasi seakan akan ilmu yang kita miliki tidak berguna. Begitu kesadaran dan motivasi muncul, semangat juang spontan terbakar siap menghadapi segala kesulitan dan tantangan apapun yang menghadang. Tidak mundur karena kegagalan sesaat, pantang putus asa sebelum berhasil.
Banyak sekali buku-buku motivasi menghiasi media cetak maupun terhampar di rak-rak toko buku, salah satunya diantaranya adalah buku yang diterbitkan oleh Mizania ini. Buku ini merupakan kompilasi dari kisah-kisah terkait dengan motivasi. Membaca buku ini kita dapat memperoleh gambaran betapa signifikannya motivasi yang diberikan oleh para Pengasuh Pondok Gontor terhadap para santri pondok pesantren Gontor. Diibaratkan para santri seolah merupakan bibit varitas unggul yang siap ditanam. Namun tanpa adanya penyiraman dan pemupukan yang rutin, dipastikan bibit tersebut akan layu sebelum berkembang.
Berkaitan dengan hal tersebut, Buku yang ditulis oleh Tasirun Sulaiman ini mengulas mutiara-mutiara yang berserakan di Pesantren Gontor. Tokoh trimurti (KH Ahmad Sahal, KH Zainudin Fanani dan KH Imam Zarkasyi) sebagai sang pendiri pondok pesantren merupakan aktor utama dalam buku ini. Pengalaman hidup dan perjuangan beliau menjadi inspirasi bagi para generasi muda Islam. Semangat berda’wah   para beliau yang sangat  tinggi dapat dijadikan sebagai exemplary bagi generasi muda selanjutnya.
Pesantren Gontor lahir dari keberanian sosok trimurti dalam menghadapi perkembangan sekaligus kemajuan zaman. Para pendiri Gontor, trimurti, yang dimotori gaya berpikir kosmopolitan ini berani mengadapi kemajuan dan kecanggihan zaman bukan dengan menutup diri atau malahan lari dari zaman. Sesuai visi yang dipegang tersebut, tidak ragu lagi, mempengaruhi metode dan sumbangan yang mereka dedikasikan di pesantren tersebut
 Pondok Gontor sesuai dengan mottonya “diatas dan untuk semua golongan” didirikan tidak atas dasar mazhab tertentu atau organisasi Islam tertentu. Pendidikan Gontor yang memberikan pernghormatan dan toleransi yang luas kepada mereka yang berbeda pandangan. Perbedaan-perbedaan pandangan dalam hukum Fikih yang biasanya bersifat Furuiyah, Cabang-Cabang Hukum Fikih  dikerenakan tiap ulama memiliki pijakan dan sandaran hukum-hukum sendiri sehingga melahirkan pendapat yang berbeda pula. Lulusan Gontor diharapkan agar dapat memahami alasan-alasan masing-masing mazhab dalam ijtihad  membuat keputusan hukum secara jelas dan menghilangkan ta’ashubul a’ma (fanatisme buta). (hal 47)
Searah dengan visi tersebut pesantren Gontor menghasilkan alumni-alumni besar yang beragam pula. Ada yang menjadi pentolan NU seperti KH Hasyim Muzadi, Muhamadiyyah, seperti Dr Din Syamsudin ataupun intelektual Islam Dr. Nurcholis Madjid dan lain lain. Keanekaragaman tersebut merupakan hal wajar karena pesantren tidak mendoktrin santrinya untuk menjadi penganut suatu mazhab atau organisasi tertentu, dan lebih meyakinkan diri untuk menjadi jembatan perekat umat.
Berkenaan dengan proses pembelajaran, KH Imam Zarkasyi menekankan pentingnya kesungguhan hati (ijtihad) dalam belajar. KH Imam zarkasyi tidak Kuliah di Mesir atau Oxford. Toh kemampuan berbahasa Arab dan Inggrisnya cukup mengagumkan. Hal tersebut didasari oleh semangat dan kesungguhan beliau dalam mengasah kemampuan alias belajar. 
Secara khusus berkenaan tentang kehidupan, pesantren memiliki konsep edukatif dengan mottonya “Berani hidup tak takiut mati, takut mati jangan hidup”. Kalimat sederhana itulah yang menumbuhkan jiwa-jiwa patriotisme (ksatria) dalam tiap individu santri. Pesan singkat tersebut memberikan efek pada kemandirian dan kesungguhan hati untuk mengarungi bahtera masa depan dengan lebih optimis dan terarah. Ibaratnya siapa yang tidak bersungguh-sungguh, maka akan ketinggalan gerbong kereta yang melaju dengan kekuatan super sonic-nya. Dengan kondisi lingkungan seperti itulah semua santri dituntut extra dalam belajar. Pendidikan ala Gontor memberikan fasilitas bagi semua elemen santri. Dengan kelengkapan sarananya, setiap santri dapat mentahbiskan siapa jati dirinya. Rentang waktu yang cukup lama di pesantren Gontor membantu para santrinya untuk menemukan jati dirinya.
Terakhir, penulis mengakhiri karyanya dengan ulasan mengenai ihwal manusia. Walaupun telah berhasil dan lulus serta menjadi ulama berintelektual, hendaklah para santri tidak lupa dengan posisi mereka terhadap tuhan-Nya. Manusia hanyalah makhluk yang sangat hina dan lemah, banyak kekhilafan dan kesalahan. Akan tetapi dengan salah dan khilaf tersebut manusia diharapkan dapat mengevaluasi dan meningkatkan kualitas hidupnya. Dan yang paling penting adalah pertaubatan kepada Allah SWT sebagaimana yang dikisahkan dalam syair Abu Nawas. Itulah kesadaran kedhaifan yang harus diinstropeksikan oleh semua santri secara khusus. Dalam hal ini secara tidak langsung penulis (Tasirun Sulaiman) terkena hukum ini.
Kelebihan buku ini terletak pada kemampuan para penulis untuk membungkus teori-teori motivasi dengan contoh-contoh konkret yang menjadi acuan bagi para pembaca terhadap penerapan teori motivasi yang disampaikan. Pengalaman-pengalaman  yang diangkat dari para pengasuh (baca : trimurti) pada pondok pesantren Gontor seperti KH Ahmad Sahal, KH Zainudin Fanani dan KH Imam Zarkasyi dalam menerapkan teori-teori motivasi merupakan contoh yang menarik untuk dipelajari para pembaca. Dikemas dengan bahasa yang sederhana dalam kumpulan kisah-kisah yang cukup ringkas dan padat, isi buku ini menjadi mudah dipahami oleh pembaca. Namun mengingat buku ini hanya merupakan kumpulan dari kisah-kisah yang parsial, maka kesinambungan topik satu dengan topik lainnya menjadi kurang berjalan mulus.
Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, buku ini sangat baik untuk menjadi lanskap pandangan terutama bagi pembaca yang tertarik untuk mendalami lebih lanjut mengenai seluk beluk pendidikan di Pondok pesantren Gontor baik sekedar untuk menjadi referensi untuk memperkaya pengetahuan praktis penerapan teori-teori motivasi dalam praktek sehari-hari maupun menjadi inspirasi bagi pembaca untuk selanjutnya menjadi pertimbangan ketika akan masuk pesantren Gontor. Selain itu bagi kalangan akademisi atau pihak lain yang berminat mendalami ilmu hikmah yang dipancarkan oleh tokoh utama trimurti.

0 komentar:

Post a Comment

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes