Orang yang akan melaksanakan ibadah puasa hendaknya memperhatikan adab-adab berikut ini:
a. Menyempatkan diri untuk makan sahur.
Orang yang berpuasa sangat dianjurkan untuk makan sahur. Hal ini berdasarkan hadits dari ‘Amru bin Al-‘Ash bahwa Rasulullah bersabda:
فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحُوْرِ
“Perbedaan antara puasa kami dengan puasa ahli kitab adalah makan sahur.” (HR. Muslim).
Mengenai keutamaan sahur, Rasulullah bersabda:
الْبَرَكَةُ فِيْ ثَلاَثَةٍ: الْجَمَاعَةِ وَالثَّرِيْدِ وَالسَّحُوْرِ
“Berkah ada pada 3 hal: berjamaah, tsarid (roti remas yang direndam dalam kuah) dan Sahur.
b. Menahan diri agar tidak melakukan perbuatan yang sia-sia, perkataan kotor dan semisalnya yang termasuk hal-hal yang bertentangan dengan ma’na puasa.[5]
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Apabila seorang diantara kamu bepuasa, maka janganlah mengeluarkan perkataan kotor, jangan berteriak-teriak dan jangan pula melakukan perbuatan jahiliyah; jika ia dicela atau disakiti oleh orang lain, maka katakan, “Sesungguhnya aku sedang berpuasa,” (Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari IV:118 no:1904, Muslim II:807 no:163 dan 1151, dan Nasa’i IV:163).
Dari (Abu Hurairah) r.a. bawah Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan bohong dan pelaksananya, maka tidak ada gunanya ia meninggalkan makan dan minumnya.” (Shahih: Mukhtashar Bukhari no:921), Fathul Bari IV:116 no:1903, ‘Aunul Ma’bud VI: 488 no:2345, Tirmidzi II:105 no:702).
Dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata, “Adalah Nabi saw. orang yang paling dermawan dalam hal kebajikan, lebih dermawan lagi manakal Beliau berada dalam bulan Ramadhan ketika bertemu dengan (malaikat) Jibril. (Malaikat Jibril’alaihisalam bertemu dengan beliau setiap malam pada bulan Ramadhan sampai akhir bulan, Nabi saw. membaca al-Qur’an di hadapannya. Maka apabila Beliau bertemu dengan (Jibril) beliau menjadi orang yang lebih dermawan dalam hal kebaikan daripada angin kencang yang dikirim.” (Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari IV:30 no:6, dan Muslim II: 1803 no: 2308.
d. Menyegerakan untuk berbuka puasa.
Orang yang berpuasa dianjurkan untuk mempercepat berbuka jika memang telah masuk waktu berbuka. Tidak boleh menundanya meski ia merasa masih kuat untuk berpuasa. ‘Amr bin Maimun Al-Audi meriwayatkan:
كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْجَلَ النَّاسِ إِفْطًارًا وَأَبْطَأَهُمْ سُحُوْرًا
“Para shahabat Muhammad n adalah orang yang paling cepat berbukanya dan paling lambat sahurnya.” (HR. Al-Baihaqi, 4/238, dan Al-Hafidz Ibnu Hajar t menshahihkan sanadnya).
e. Membaca do’a ketika akan berbuka.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits berikut :
Dari Ibnu Umar r.a. berkata, “Adalah Rasulullah saw. apabila akan berbuka mengucapkan, DZAHABA ZHAMA-U WABTALLATIL ‘URUUKU, WA TSABATAL AJRU INSYAA-ALLAH (Telah hilang rasa haus dahaga dan telah basah urat tenggorokan, dan semoga tetaplah pahal (bagi yang berbuka) insya Allah).” (Hasan Shahih Abu Daud no:2066, ‘Aunul Ma’bud VI: 482 no:2340)
Dari Ibnu Umar r.a. berkata, “Adalah Rasulullah saw. apabila akan berbuka mengucapkan, DZAHABA ZHAMA-U WABTALLATIL ‘URUUKU, WA TSABATAL AJRU INSYAA-ALLAH (Telah hilang rasa haus dahaga dan telah basah urat tenggorokan, dan semoga tetaplah pahal (bagi yang berbuka) insya Allah).” (Hasan Shahih Abu Daud no:2066, ‘Aunul Ma’bud VI: 482 no:2340)
f. Menahan diri dari perkara yang dapat membatalkan puasa. Hal-hal yang membatalkan puasa diantaranya.
- Makan dan minum dengan sengaja
- Melakukan hubungan suami istri di siang hari Ramadhan .
-Berbekam
Ini termasuk perkara yang membatalkan puasa menurut pendapat yang rajih,berdasarkan hadits Rasulullah:
Ini termasuk perkara yang membatalkan puasa menurut pendapat yang rajih,berdasarkan hadits Rasulullah:
أفْطَرَ الْحَاجِمُ وَالْمَحْجُوْم
- Muntah dengan sengaja.
- Menggunakan cairan pengganti makanan melalui infuse.
- Onani.
g. Amalan lain yang dianjurkan selama berpuasa:
a. Memperbanyak shadaqah.
b. Memperbanyak bacaan Al Qur’an, dzikir, doa, dan shalat.
c. Memberikan makan kepada orang yang berbuka puasa
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئً
DAFTAR PUSTAKA
Arif Munandar Riswanto,2007. Doa Menghadapi Musibah. Bandung.:Mizan. Hal
http://ghuroba.blogsome.com/2008/01/18/pakaian-kita-ketika-shalat/
http://bhayusenoaji.wordpress.com/2008/07/09/adab-dalam-shalat/
http://alislamu.com/index.php?option=com_content&task=view&id=243&Itemid=6
[2] http://ghuroba.blogsome.com/2008/01/18/pakaian-kita-ketika-shalat/
[3] http://bhayusenoaji.wordpress.com/2008/07/09/adab-dalam-shalat/
[4] Arif Munandar Riswanto,2007. Doa Menghadapi Musibah. Bandung.:Mizan. Hal
[5] http://alislamu.com/index.php?option=com_content&task=view&id=243&Itemid=6
0 komentar:
Post a Comment